Sunday, July 4, 2010

Cirebon (hari ke dua)

Bangun pagi, sarapan di hotel diabaikan...dengan tekad sebulat hati kami berjalan pagi menyebrangi perempatan Grage menuju satu tujuan....Nasi Jamblang Mang Doel.
Pagi yang segar karena semalam diguyur hujan semakin lengkap dengan sarapan pagi yang lumayan berat....
Nasi yang dibungkus daun jamblang alias daun jati, dibuka diatas piring...diguyur dengan kuah semur lalu ambil sendiri pilihan lauk yang tersaji....paru goreng, udang goreng, dage goreng, tempe goreng, dadar telur, pepes rajungan...
Makan ber-3 dengan lauk macem-macem dihargai 21.000 rupiah.


Selesai sarapan kami kembali ke hotel untuk mandi dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kami.
Pukul 9.30 kami berangkat dengan tujuan pertama melihat Masjid At Taqwa yang berlokasi diujung jalan RA. Kartini. Masjid besar ini sangat indah design dan ornamentnya.... Di dalamnya terdapat sebuah beduk dan kentongan yang sangat besar.


Puas melihat-lihat Masjid At Taqwa kami bergerak menuju Keraton Kasepuhan.
Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mohamad Arifin II (cicit dari Sunan Gunung Jati).
Keraton Kasepuhan dahulu bernama Keraton Pakungwati I. Sebutan Pakungwati berasal dari nama Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana, yang menikah dengan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Pada tahun 1967 Keraton Pakungwati disebut Keraton Kasepuhan. Untuk menjaga dan melindungi benda-benda peninggalan keraton, maka pada tahun 1988 Keraton Kasepuhan difungsikan menjadi museum yang dapat dikunjungi oleh masyarakat.

Di pelataran keraton terdapat Siti Hinggil  tempat di mana sang Raja melihat para pengawal kerajaan berlatih perang. Di tempat ini juga dijumpai Lingga Yoni yang merupakan lambang pria & wanita, sayang tidak terurus dan tidak jauh dari situs bersejarah ini terdapat tumpukan sampah..menyedihkan...



Benda-benda yang sangat menarik di dalam keraton antara lain detail interor yang sangat kental dominasi unsur kebudayaan Cina. Hal ini disebabkan salah satu istri dari  sang Raja berasal dari Cina.
Yang tak kalah menarik adalah lukisan Sang Prabu Siliwangi yang konon katanya terinspirasi lewat mimpi.
Yang menarik dari lukisan ini, dari arah manapun kita melihat lukisan ini maka mata Sang Prabu akan melirik ke arah kita melihatnya..demikian juga jari-jari kaki Sang Prabu sebelah kiri.


Terlalu lama kami menghabiskan waktu di Keraton Kasepuhan ini, setelah hampir 1 jam kami beranjak untuk mengunjungi Masjid Sang Cipta Rasa. Masjid ini terletak di sebelah barat Keraton Kasepuhan. Konon katanya didirikan pada tahun 1408 pada masa penyebaran Islam oleh Wali Songo. Sunan Gunung Jati sebagai pemrakarsa dan Sunan Kalijaga sebagai arsiteknya.
Yang khas dari masjid ini adalah atapnya tidak memiliki kubah seperti lazimnya masjid-masjid di pulau Jawa. Konon katanya hal ini disebabkan karena pada waktu masjid ini didirikan ada seorang yang sakti madraguna menyebarkan bibit penyakit dari atas kubah masjid dan membuat orang-orang di dalamnya sakit kemudian meninggal. Untuk mengatasi hal ini maka setiap waktu shalat, adzan dilakukan oleh 7 orang secara bersamaan. Hal ini menyebabkan sang sakti mandraguna kalah, dan kubah masjid hancur berkeping-keping... Itulah sebabnya masjid ini tidak memiliki kubah. Untuk mengenang kejadian tersebut  hingga kini setiap sholat Jum'at adzan dilakukan oleh 7 orang secara bersamaan.


Dari Masjid Sang Cipta Rasa, di bawah guyuran gerimis kami menuju pasar Kanoman untuk membeli oleh-oleh di Toko Shinta.
Di depan toko Shinta tidak afdol rasanya jika tidak mencicipi es duren dan tahu gejrot yang terkenal itu.
Walaupun cuaca mendung sehabis diguyur hujan, tak menghalangi niat kami untuk menikmati semangkuk es duren Mas Bahari yang ternyata berasal dari Tegal...
Es puter yang diberi buah duren nan legit, ditambah sesendok tape ketan dan diguyur sedikit sirup Tjampolay memberikan kenikmatan dalam setiap suapannya.... Es duren ini bisa anda nikmati dengan harga 7000 rupiah.


Beres dengan es duren kami beranjak ke tahu gejrot disebelahnya. Tahu goreng diiris dan dibumbui dengan gerusan kasar bawang merah dan cabai rawit lalu diguyur dengan kuah gula merah. Dihidangkan diatas cobek tanah kecil dengan sepotong tusuk gigi. Tidak ada yang lebih nikmat selain makan tahu gerjot di tempat asalnya. Seporsi tahu gejrot dihargai 4000 rupiah, dan sebungkus paket tahu gejrot untuk dibawa pulang lengkap dengan bawang merah, cabai rawit dan kuahnya dihargai 10.000 per bungkusnya.


Selesai dengan oleh-oleh, untuk menghabiskan waktu menunggu saatnya kembali ke stasiun kami kembali mengunjungi sentra batik Trusmi...gak bosen-bosen deh belanja...he..he...
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 waktunya check out dari hotel....sorry...ternyata kami terlambat 15 menit dari waktu yang sudah ditentukan....
Selesai dengan seluruh pembayaran hotel dan mobil, kami diantar menuju ke stasiun untuk kembali pulang ke Jakarta....
Selesai sudah liburan 2 hari menjelajahi kota Cirebon.....

Jakarta, 4 Juli 2010

No comments:

Post a Comment